Sabtu, 15 September 2007


MARHABAN YA RAMADHAN
Oleh : H. MOHD. SOETRISNO
Tulungagung Post - Sejak masa lalu, sebelum diturunkannya agama Islam, puasa adalah alat untuk membangun diri dan menghubungkan manusia dengan alam maknawi. Dalam pandangan sejumlah ulama dan ahli hikmah, puasa adalah landasan bagi tercapainya makrifat dan kebijaksanaan. Ibadah puasa di berbagai agama memiliki kesamaan makna, yaitu menahan diri dari hawa nafsu dan melalui ibadah puasa, manusia akan mampu mengenal Tuhan, membersihkan jiwa, dan memperkuat semangat.
Shahroukh Pak Nehad, seorang ahli teologi asal Iran, menyatakan, “Puasa adalah salah satu tiang penting yang sama-sama dimiliki oleh berbagai agama samawi. Filosofi puasa adalah perjuangan melawan hawa nafsu, penyembahan kepada Tuhan, dan persiapan bagi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang baik, serta menjauhkan diri dari dosa. Kaum Yahudi memiliki kewajiban untuk berpuasa selama enam hari dalam satu tahun. Puasa yang terpenting menurut ajaran Taurat, disebut sebagai puasa Kimpur, yaitu puasa selama 25 jam.”
Atheus Ohanian, Ketua Dewan Perwakilan Armenia di Isfahan dan kawasan selatan Iran, mengatakan, “Puasa dan menahan diri akan menumbuhkan kelembutan jiwa, penyeimbangan hawa nafsu, serta pendekatan diri kepada Tuhan. Puasa akan mendatangkan pengaruh positif bagi masyarakat dan kesehatan.” Orang-orang Armenia adalah pengikut Gereja Hawariyun Ortodoks dan memiliki kewajiban puasa selama 40 hari dalam setahun. Selama puasa itu, mereka dilarang untuk memakan daging dan segala jenis makanan hewani lainnya. Hari terakhir puasa ini disebut sebagai Hari Raya Kesucian, yang ditandai dengan meminum minuman dan memakan roti.
Hujjatul Islam Doktor Mirdamadi, seorang dosen di Universitas Teheran, mengenai ibadah puasa dalam ajaran Islam, mengatakan sbb. “Berdasarkan surat Al Baqarah ayat 183 dan 187, puasa adalah sebuah amal ibadah yang menimbulkan kekuatan, peningkatan keikhlasan, keselamatan badan, menyembuhkan penyakit, dan menurunkan tingkat kejahatan serta meningkatkan hubungan yang harmonis di antara anggota masyarakat.”
Kini marilah kita meninjau bagaimana kaum muslimin di Perancis menyemarakkan bulan Ramadhan yang penuh keutamaan dan cahaya rahmat dari Allah ini. Kaum muslimin di Perancis berjumlah sekitar lima juta orang sehingga Islam merupakan agama kedua terbesar di negara ini. Kebiasaan yang dilakukan kaum muslimin pada bulan Ramadhan di Perancis merupakan sebuah fenomena yang menarik. Bersamaan dengan datangnya bulan Ramadhan, sekitar 50 ribu tempat peribadatan muslim di Perancis mengakomodasi orang-orang yang berpuasa untuk melaksanakan berbagai amal ibadahnya. Pada bulan ini, kaum muslimin juga menyebarkan kotak-kotak amal di toko-toko dan supermarket untuk mengumpulkan sumbangan dari para dermawan. Aktivitas seperti ini dimulai sejak tahun 2002 dan hasil sumbangan yang dikumpulkan kemudian disebarkan di 22 negara Islam di dunia.
Mesjid-mesjid besar di kota Paris juga menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang berpuasa yang dengan penuh semangat maknawiah, mereka berkumpul untuk berbuka bersama. Suasana spiritualitas dan penuh persahabatan yang tercipta dalam acara buka bersama ini merupakan pemandangan baru bagi orang-orang non-muslim yang terbiasa dengan kehidupan individualis gaya Barat. Kaum muslimin dengan penuh empati dan kasih sayang, berdampingan dengan teman dan keluarga, bersama-sama menyantap hidangan buka puasa setelah mereka seharian penuh berpuasa. Setelah itu, merekapun bersama-sama mendirikan sholat berjamaah.
Acara buka bersama di Perancis tidak hanya dibatasi bagi kaum muslimin. Kaum non-muslim pun dapat hadir dalam acara yang dipenuhi ketulusan ini serta mengambil bagian dalam lindungan rahmat Ilahi. Dengan alasan itulah, seorang sosiolog Perancis menyatakan bahwa puasa merupakan faktor yang membuka pintu-pintu masyarakat Islam kepada penganut agama lain. Dia berkata, “Bulan Ramadhan menyebabkan dekatnya hubungan antara kaum muslimin Perancis dengan masyarakat agama lain di negara ini. Untuk menampilkan solidaritas mereka terhadap kaum fakir miskin, di bulan ini mereka membagi-bagikan makanan gratis kepada kaum miskin di berbagai penjuru kota Paris. Perilaku ini akan menghilangkan pandangan bahwa Islam adalah agama yang terbatas dan tertutup, serta akan membuka pintu-pintunya bagi orang-orang yang beragama lain.”
Pemandangan yang indah dan berkesan pada bulan Ramadhan juga tampak di sekolah-sekolah Perancis. Seorang uskup Perancis mengatakan, “Kaum muslimin di manapun mereka berada akan menampilkan iman mereka secara bebas dan mereka setia kepada iman itu. Persatuan kaum muslimin adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam menyemarakkan kehidupan. Puasa yang dilakukan oleh para pelajar muslim pada bulan Ramadhan juga mendorong pelajar-pelajar Kristen untuk melakukan puasa. Pengaruh seperti ini sangat patut untuk dipuji.”
Suatu hari, Rasulullah SAW sedang duduk sendirian di masjid. Tiba-tiba, datanglah seseorang memasuki masjid dan duduk di samping Rasulullah. Rasulullah segera berdiri dan sedikit mundur dari tempat beliau semula, dan kembali duduk. Beliau juga mempersilahkan lelaki itu untuk duduk di tempat yang semula beliau duduki. Lelaki itu bertanya, “Wahai Rasulullah, mesjid ini kosong dan luas, mengapa engkau menggeser tempat dudukmu?”
Rasulullah menjawab, “ Salah satu hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah ketika ada seorang tamu mendekatinya dan akan duduk, maka dia harus menganggap bahwa tamunya itu memiliki hak untuk duduk di sekelilingnya dan untuk itu dia harus menggeser tempat duduknya.”(HM)

1 komentar:

AKUNDA 1975 mengatakan...

Cukup banyak artikel yang membidik dengan cermat peranan muslimin sedunia dalam aksi nyata pendidikan akhlaq, ilmu pengetauan, teknologi, pemulihan lingkungan hidup, dan pengelolaan hak asasi manusia. Namun, alangkah bermanfaatnya bila sumber dasar imtaq dan iptek dikembalikan ke ranah sejalan antara Haqiqi dan Syar'i yang difatwakan oleh Lembaga Imamah Islam (Moeslim) Internasional. Dimulai dari sekarang, syukurlah bila ummat muslim bekerjasama dengan kaum beriman lainnya selalu bersatu dan berlomba mewujudkan keselamatan alam, Alam dan ALAM. [day]